7 April 2011

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM


BAB 5
PERAN KEPEMIMPINAN DALAM MEWUJUDKAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM

A.   Konsepsi Mutu Pendidikan
Keberhasilan lembaga pendidikan dan mengelola mutu menurut Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) ditandai oleh bebrapa indikator kunci, yaitu :
1.    Lingkungan lembaga pendidikan yang aman dan tertib,
2.    Lembaga pendidikan memiliki misi dan target mutu yang ingin dicapai.
3.    Lembaga pendidikan memiliki kepemimpinan yang kuat,
4.    Adanya harapan yang tingi untuk berprestasi dari semua elemen lembaga pendidikan,
5.    Adanya pengembangan sumber daya manusia yang terus menerus sesuai tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi,
6.    Adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhada pberbagai aspek akademik dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk persamaan/perbaikan mutu, dan
7.    Adanya komunikasi dan dukungan intensif dari masyarakat.
Bagi lembaga pendidikan Islam non formal seperti Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah konsep mutu manajemen pendidikan ini tidak terlalu berpengaruh besar dalam implementasinya, namun bagi lembaga pendidikan Islam formal seperti Madrasah dituntut untuk memiliki tanggungjawab agar dapat mengembangkan sistem manajerial yang berbasikan konsep peningkatan mutu lembaga pendidikan sebagaimana yang terdapat pada indikator diatas.
Mutu proses dan hasil pendidikan biasanya dilihat melalui :
1)   Rentangan pencapaian pengetahuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa,
2)   Penerimaan dunia kerja,
3)   Nilai-nilai dalam masyarakat,
4)   Perubahan kondisi masyarakat, dan
5)   Kehidupan masyarakat.
Terlepas dari beragamnya konsep pemahaman tentang mutu, dalam kaitannya dengan dunia pendidikan konsep mutu mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. ’Mutu Proses Pendidikan’ mencakup komponen-komponen :
(1) input
(2) metologi,
(3) sarana dan prasarana lembaga pendidikan,
(4) dukungan administrasi,
(5) dukungan sumberdaya manusia, dan
(6) penciptaan suasanan yang kondusif (academic atmosphere).
Sedangkan ‘Mutu Hasil Pendidikan’ mengacu pada prestasi yang dicapai oleh lembaga pendidikan dalam kurun waktu tertentu. Baik keberhasilan itu dalam bidang akademis maupun ekstra kurikuler yang meruapakan program dari lembaga pendidikan tersebut.

B.   Peran Kepemimpinan dalam Pengendalian Mutu
Kepemimpinan dalam sebuah lembaga pendidikan memiliki fungsi yang vital dalam pengembangan lembaga pendidikan, dan kepemimpinan dalam sebuah lembaga pendidikan dijadikan indikator dalam penjaminan mutu dan pengendalian mutu. Proses penjaminan mutu biasanya terdiri dari tujuh langkah, yaitu :
1.     penentapan standar,
2.     pengujian/audit mengenai sistem pendidikan yang sedang berlangsung,
3.     penyimpulan tentang ada tidaknya kesenjangan antara sistem yang ada dengan standar yang ditetapkan,
4.     identifikjasi kebutuhan yang memenuhi standar yang ditetapkan,
5.     pengembangan sistem perbaikan,
6.     memadukan sistem perbaikan dengan sistem yang sedang berlangsung, dan
7.     pengkajian ulang kesesuaianstandar dengan sistem secara berkelanjutan.
Namun, efektifitas lembaga pendidikan dalam menjalankan program-program kependidikannya dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah frekuensi penilaian oleh guru dan pimpinan lembaga pendidikan dalam menemukan dan mengolah data atau informasi sebagai bahan mutu perbaikan pendidikan.

C.   Kepemimpinan dan Upaya Pengembangan Kerangka Kerja Pengembangan Mutu
Dalam konteks manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, pimpinan lembaga pendidikan dituntut memiliki kerangka kerja dalam mengelola dan mengkoordinasikan berbagai komponen pendidikan yang mencakup :
1.    Dapat mengatur dan mongkondisikan sumberdaya sesuai dengan kebutuhan,
2.    Pertanggungjawaban (accountability) pimpinan sebuah lembaga pendidikan,
3.    Penyusunan dan pengembangan kurikulum yang senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan peningkatan kreatifitas siswa, dan
4.    Pengelolaan warga belajar yang aktif dalam setiap proses.

D.   Strategi Pengembangan Mutu
Dalam rangka mengimplementrasikan konsep manajemen peningkatan mutu berbasiskan sekolah, lembaga pendidikan dituntut untuk melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1.    Penyusunan basis dan profil lembaga pendidikan lebih presentatif, akurat, valid dan secar sistematis menyengkut berbagai aspek akademis, administratif dan keuangan.
2.    Melakukan evaluasi diri (self assesment) untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan mengenar sumberdaya, personel, kinerja dan pencapaian target.
3.    Brdasarkan analisisis tersebut, kemudian mengidentifikasi kebutuhannya, merumuskan visi dan misi, serta tujuan pendidikan yang berkualitas.
4.    Lembaga pendidikan bersama-sama masyarakat merencanakan dan menyusun program jangka panjang atau jangka pendek tahunan, termasuk anggarannya.
5.    Melakukan monitoring dan evaluasi untuk meyakinkan pencapaian target dan tujuan yang telah dilaksanakan dengan perencanaan yang telah disusun.
Strategi yang dapat ditempuh oleh pimpinan lembaga pendidikan demi terealisasinya mutu pendidikan dapat dilakukan empat usaha mendasar sebagaimana disebutkan ole Slamet (1999), yaitu :
a.    Menciptakan situasi ”Menang-Menang” (win-win situation) dan bukan situasi ”menang-kalah” diantara pihak yang berkepentingan dengan lembaga pendidikan (stakeholders).
b.    Perlunya dikembangkan motivasi intrinsik pada setiap orang yang terlibat dalam proses meraih mutu.
c.    Setiap pimpinan dituntut berorientasi pada proses dan hasil jangka panjang.
d.    Dalam menggerakan segala kemampuan lembaga pendidikan untuk mencapai mutu yang ditetapkan, haruslah dikembangkan adanya kerjasama antar unsur-unsur pelaku proses mencapai hasil mutu.


BAB 6
P E N U T U P

Tatkala seseorang berposisi sebagai manager lembaga pendidikan Islam, sudah barang tentu di benaknya tergambar bahwa tugas yang harus diemban adalah memajukan lembaganya, dengan cara menggerakkan seluruh potensi yang ada, guna mencapai tujuan yang diinginkan. Cita-citanya, ketika itu, ialah saya harus berhasil dan tidak boleh gagal. Hanya dalam kenyataannya, tidak semua orang mampu meraih keberhasilan itu. Pada umumnya, para manager lembaga pendidikan Islam sudah memahami bahwa lingkup tugas-tugas managerial adalah menyusun perencanaan, mengorganisasi semua kegiatan dan potensi yang ada, menyusun anggaran, mengarahkan, mengontrol dan mengevaluasi. Selain itu, mereka juga memahami bahwa bagian dari tugas pimpinan lembaga pendidikan Islam adalah merumuskan visi, misi secara jelas. Akan tetapi, lagi-lagi, hasil yang diperoleh tampak variatif, sebagian berhasil, sedang sebagian lainnya kurang berhasil dan bahkan ada yang selalu mengalami kegagalan.
Pada sisi lain, tanggung jawab lembaga pendidikan (Universitas, Institutt, Sekolah Tinggi, yang berlabel Islam) akan dipertanyakan konsekuensi logisnya, dalam arti sejauh mana urgensi, kiprah dan tanggung jawabnya dalam turut menjawab persoalan umat. Realisasi dari peran Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan Islam dalam mempersiapkan generasi penerus yang pandai, cerdas,beriman, dan berakhlaq mulia yang dibahasakan dalam Al-Qur"an (Qs: Ali Imran Ayat 110) harus terus diupayakan secara berkesinambungan diantaranya :
Pertama, lembaga pendidikan Islam harus mampu menjadi "agent of change" mampu mencerahkan kehidupan umat dari amsyarakat umum menuju sebuah kondisi yang lebih baik.
Kedua, label Islam pada nama lembaga pendidikan Islam, hendaknya mampu menjadi napas kegiatan akademik menuju tumbuhnya iklim akademik yang islami yang ditandai dengan lahirnya individu yang menguasai ilmu pengetahuan, ketrampilan dan memahami nilai-nilai moral Islam yang berlaku dalam amsyarakat.
Ketiga, out put proses pendidikan melahirkan kader-kader yang profesional, menguasai Iptek, dan mengamalkan Imtaq serta pejuang-pejuang Islam yang tangguh.
Keempat, Lembaga Pendidikan Islam hendaknya menitikberatkan kurikulum pendidikannya pada corak agama dan akhlak disamping pengembangan science dan teknologi tidak kering dari norma / nilai - nilai Islam.
Kelima, Lembaga Pendidikan Islam mampu menjadi pelopor pembaharuan utamanya dalam mencari jalan keluar dari problem umat kecil "miskin" terbelakang dan bodoh, menjadi muslim yang berkualitas dalam segala hal.
Berangkat dari peran Lembaga Pendidikan Islam sebagaimana yang diharapkan diatas, tidak akan mungkin terlaksana tanpa dukungan dari semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan (pimpinan, dosen, karyawan, dan mahasiswa) melalui pengembangan keunggulan akademik (Academic Excellence), dengan mengedepankan ciri-ciri : abyss for action, close to the customer, autonomy and enterpreneurship, productivity through people, hands on, value driven and simple form. Insya Allah keinginan besar kita mewujudkan lembaga pendidikan Islam yang handal dan Islami akan menjadi kenyataan.
Dengan demikian pendidikan dalam perspektif Islam tidak hanya akan membicarakan bagaimana keunggulan akademik dapat tercapai juga sejauh mana fungsi pencerahan institusi maupun sumber daya manusia baik sebagai pelaku pendidikan maupun sebagai outcome dari Lembaga Pendidikan itu sendiri, sebagai wujud tanggung jawabnya kepada Allah SWT, masyarakat, bangsa, negara dan diri sendiri.
Memanaj orang sama artinya dengan mempengaruhi hati dan pikiran orang-orang. Pekerjaan mengarahkan hati dan pikiran orang tidaklah mudah. Oleh karena itu seorang manager atau pemimpin lembaga pendidikan Islam harus selalu memohon petunjuk kepada Allah swt. Petunjuk itu sesungguhnya telah terbentang luas, baik yang tertulis maupun yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari. Petunjuk tertulis berupa kitab suci al Qur’an dan tauladan kehidupan yang diberikan oleh Muhammad sebagai rasul-Nya. Petunjuk yang tidak tertulis tersebar luas di alam atau jagad raya ini. Manusia dengan ketajaman akal, hati dan penglihatannya akan mampu menangkap ayat-ayat Allah ini.
Tokoh nasionalis Bung Hatta juga punya pandangan menarik soal pendidikan Islam yang patut kita renungkan lagi. Ia mengutarakan nasehatnya malah sejak awal Republik, tetapi tidak pernah diaplikasikan secara serius. Sang proklamator mengatakan, agama hidup di masyarakat, sedangkan masyarakat itu sendiri senantiasa mempunyai dinamika dan perubahan. Oleh sebab itu, para pendidik agama pun harus bisa menangkap dan tanggap terhadap “roh” perubahan, agar Islam senantiasa compatible dengan perkembangan masyarakat.
Jika seorang manager mampu membangun watak, kharakter dan perilaku pribadi dan juga semua orang yang menjadi tanggung-jawabnya, sehingga memiliki prinsip-prinsip hidup sebagaimana diurai di muka, maka sesungguhnya sebagian besar tugasnya telah selesai. Selain itu, jika prinsip-prinsip itu pula telah merasuk pada hati sanubari yang mendalam pada seluruh komponen yang ada, maka persoalan apapun yang ada dalam lembaga pendidikan Islam akan dapat diselesaikan dengan mudah. Persoalannya adalah, bagaimana hal itu benar-benar dapat diwujudkan oleh pemimpin dan manager pendidikan Islam di semua tingkatan ?. Itulah yang menjadi persoalan besar kita bersama. Tetapi, Rasulullah pernah memberikan petunjuk, bagaimana menggerakkan orang tatkala kita memimpin atau juga ketika sedang memanage organisasi, ialah sabda Rasulullah, dengan ibda’ binafsika.
Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar: