7 April 2011

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM


BAB 4
STRATEGI KEPEMIMPINAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

A.   Model-model Kepemimpinan

1.    Model Kepemimpinan Transaksional
Pemimpin transaksional adalah layaknya seorang manajer, dan tidak dianggap sebagai pemimpin dalam arti sesungguhnya. Untuk dapat mebedakannya dapat diperhatikan pada tabel berikut ini.

2.    Model Kepemimpinan Transformasional
Konsep awal tentang kepemimpinan transformasional telah dimulai sejak Burns (1978) menjelaskan kepemimpinan transformasional sebagai suatu proses yang pada dasarnya ”para pemimpin dan pengikut saling menaikan diri ketingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi.”
Bass dan Aviolo (1994) mengusulkan empat dimensi dalam kadar kepemimpinahn transfiormasional seseorang dengan konsep ”4 I”, yaitu :
a)    Idealizaed influence (Pengaruh idealisme)
b)   Inspirational motivation (Motivasi inspirasional)
c)    Intellectual stimulation (Stimulasi intelektual)
d)   Individualized consederation (Konsiderasi individu)


3.    Perbedaan prilaku Transaksional dan Transformasional
Burns membedakan kepemimpinan yang mentransformasi (transforming leadership) dengan kepemimpinan transaksional (transactional leader). Jenis kepemimpinan terakhir memotivasi para pengikut degan menunjuk pada kepentingan diri sendiri. Para pemimpin politik tukar menukar pekerjaan, subsidi dan kontrak-kontrak pemerintah yang menguntungkan untuk memperoleh suara dan kontribusi untuk kampanye. Para pemimpin korporasi saling menukar upah dan usaha transaksional dengan bawahan menyangkut nilai-nilai, berupa nilai-nilai yang relevan bagi proses pertukaran, seperti kejujuran, keadilan, dan tanggungjawab. Kepemimpinan adalah sebuah proses bukan sejumlah tindakan yang mempunyai ciri-ciri sendiri.

4.    Kepemimpinan Transformasional Versus Kepemimpinan Kharismatik
Burns (1985) membedakan kepemimpinan transformasional dengan kharismatik dalam berbagai aspek. ”kharismatik adalah bagian yang terpenting dari kepemimpinan transformasional, namun kharisma itu sendiri tak cukup bagi proses transformasional.” pemimpin kharismatik memiliki keyakinan terhadap diri sendiri dan memiliki tujuan dan takdir supranatural. Sebaliknya, para pengikut atau bawahannya bukan saja mempercayai dan menghormati pemimpin tersebut, mereka dapat juga memuja dan senantiasa dijadikans ebagai panutan hidup dan simbol dari keberhasilan.

5.    Hubungan Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
a)    Budaya organisasi
Budaya organisasi merupakan suatu pola kebersamaan yang didasari oleh asumsi-asumsi bahwa kelompok belejar bagaimana mememcahkan problem-problem penyelesaian eksternal dan integrasi internal yang dilakukan secara baik dan benar, dan oleh karenanya akan ditransfer kepada anggota baru sebagai cara yang benar untuk mempersespsi, berfikir dan merasakan dalam hubungannya dengan berbagai problem (Edgar H. Schein1992:12).
b)   Karakteristik budaya organisasi
Luthans (1989:320) menggambarkan karakteristik budaya organisasi sebagai berikut :
(1)   Aturan-aturan prilaku
(2)   Norma-norma
(3)   Nilai-nilai dominan
(4)   Filosofi
(5)   Peraturan-peraturan
(6)   Iklim organisasi
c)    Model-model budaya organisasi
Dipandang dari model-model budaya sangat bervariasi sesuai dengan sudut pandang para ahli. Budaya organisasi secara umum juga dapat diklasifikasikan menurut tipe-tipenya meliputi :
(1) Budaya organisasi kekuasaan,
(2) Budaya organisasi peran,
(3) Budaya organisasi tugas, dan
(4) Budaya organisasi suportif
d)   Pengaruh budaya pada kinerja
Budaya amat mempengaruhi pada kinerja sebuah organiasasi. Pengaruh budaya kerja terhadap organisasi dapat dibedakan atas tiga aspek pengaruh, yaitu :
(1) pengaruh mengarahkan (direction),
(2) pengaruh merambatkan (pervasiveness), dan
(3) pengaruh menguatkan (strength).
e)    Tingkatan budaya organisasi
Tingkatan budaya menurut Killman adalah :
(1) Budaya tingkat pertama, bermanifestasi didalam norma-norma prilaku yang diartikan sebagai seperangkat aturan tak tertulis.
(2) Budaya tingkat kedua, bermanifestasi didalam asumsi-asumsi yang tersembunyi, merupakan kepercayaan mendasar yang berada dibelakang semua tindakan dan keputusan.
(3) Budaya tingkat ketiga, budaya manifestasi kolektif dari sifat dasar manusia.
f)     Ruang lingkup budaya organisasi
Budaya organisasi berkenaan dengan semua aturan-aturan organisasi yang berkaitan dengan hubungan antara anggota organisasi dan dengan pihak luar organisasi atau meliputi hubungan intra dan interorganisasi. Adapun budaya kerja merupakan elemen dari budaya organiasasi yang cakupannya lebih sempit berkenaan dengan hubungan atau nilai-nilai, norma yang mempengaruhi setiap anggota organisasi, bagaimana ia akan bertindak atau berprilaku dalam organisasi (Burstein: 1985).

B.   Kepemimpinan Transformasional Sebagai Strategi Kepemimpinan Lembaga Pendidikan Islam

Kepemimpinan yang diharapkan saat ini adalah kepemimpinan yang mempunyai visi strategis dan taktis, serta produktif dalam memerankan fungsi manajemen. Adapaun bebrapa alasan mengapa kepemimpinan transformasional menjadi alternatif dalam organisasi pendidikan dapat dikemukakan dalam pandangan berikut ini.
Razik A. Taher., Swanson D. Austin (1995:543), mengulas pendapat Sergiovani 1989) bahwa Organisasi sekolah yang efektif ditunjukan oleh budaya yang ketat / dikendalikan oleh norma-norma adat istiadat kelompok, pola-pola kepercayaan, nilai-nilai sosialisasi, dan kemampuan kontraksi realitas dan struktur yang longgar/ kurang menekankan aturan birokrasi, aturan-aturan manajemen, kecenderungan menjual, dan rasionalisasi. Respon para guru lebih baik dalam bentuk kebiasaan-kebiasaan dan norma-norma informal daripada sistem manajemen sekolah dengan struktur longgar dan budaya yang ketat memiliki respon yang baik terhadap kepemimpinan transformatif untuk kemajuan sekolah, dimana aturan dan arahan lebih baik untuk membantu koordinasi dan pengembangan nilai-nilai kebersamaan.
Secara spesifik alasan tersebut antara lain :
1.     Tuntutan perubahan sosial, budaya dan tekhnologi informasi dunia membawa pengaruh yang luar biasa terhadap perubahan tatanan kehidupan masyarakat secara universal.
2.     Tuntutan demokrasi diberbagai belahan bumi adalah ideologi, baik langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh budaya negara adikuasa.
3.     Tuntutan moral dan akuntabilitas seorang pimpinan telah dipertanyak oleh masyarakat.
4.     Tuntutan pembelajaran organisasi, sudah saatnya menjadi organisasi yang kuat dalam memberikan pelayanan.
5.     Tuntutan visi dan misi strategis, sekolah dituntut untuk mampu merencanakan program yang strategis dan taktis dalam pencapaian tujuan pendidikan.
6.     Tuntutan budaya organisasi sekolah sebagai pusat kebudayaan bagi lingkungan.
Adapun kelemahan konsep ini dalam penerapannya adalah Kekuatan kualitas dan kompetensipersonel dan adanya perbedaan karakter anggota organisasi.

C.   Peran Kepemimpinan Transformatif dalam Pengendalian Pelayanan Lembaga Pendidikan Islam

1.    Pengendalian Pelayanan
Definisi konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk, seperti : performansi (performance), keandalan (realiability), mudah dalam penggunaan (easy of use), estetika (esthetics). Dalam ISO 8402 (Quality Vocabulary) ” mutu didefinisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kbutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan.” Berdasarkan definisi tersebut Goestch dan Davis (1994:4) membuat definisi bahwa mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
a)    Pemikiran Deming
Deming mengemukakan bahwa suatu industri modern merupakan suatu proses yang dipandang suatu perbaikan terus menerus (continous improvement), yang dimulai dari sederet siklus perbaikan sejak adanya ide-ide untuk menhasilkan produk, pengembang nproduk, proses produk, sampai distribusi kepada konsumen.
b)   Yosefh M. Juran
Dia menjelaskan bahwa mutu fitness for use yakni tingkat kesesuaian untuk digunakan yang mengandungpengertian bahwa suatu produk atau jasa harus dapat memenuhi apa yang diharapkanoleh para pemakainya dalam pengertian ini mutu harus mengandung 5 dimensi utama, yaitu kualitas desain, kualitas kesesuaian, ketersediaan, keamanan, dan field use.
c)    Philip B. Crosby
Pemikirannya adalah: pertama, mutu adalah sama dnegan persyaratan. Kedua, pencegahan adalah suatu proses proses pencegahan agar tidak tidak terjadi kesalaha, agar out put (produk) dijamin bagus serta hemat biaya dan hemat waktu. Ketiga, sistem mutu adalah pencegahan terhadap orang yang sering terjebak pada persentase. Keempat, ukuran mutu adalah price of conformance, mutu haruslah merupakan sesuatu yang bisa diukur.

2.    Prinsip Konsep Pelayanan
Vincent (1992) mengemukakan tentang pengertian konsep pelayanan secar lebih luas, yaitu :
a)     sistem kualitas modern berorientasi pada pelanggan.
b)     Dari sistem mutu modern ditandai oleh adanya partisifasi aktif manajemen puncak (top management) dalam peningkata mutu secara terus menerus.
c)     Mutu modern ditandai oleh adanya pemahaman dari setiap orang terhadap tanggungjawab secara spesifik untuk kualitas.
d)     Sistem mutu modrn ditandai oleh adanya aktivitas yang ditandai oleh adanya aktivitas yang berorientasi pada pencegahankerusakan, bukan berfokus pada upaya untuk mendeteksi kerusakan saja.
e)     Sistem mutu modern ditandai oleh suatu filosofi yang menganggap bahwa mutu ialah jalan hidup (way of life).

3.    Total Quality Management ( T Q M )
Total quality management dapat diartikan sebagai sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.
1)   Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver.
2)   Obsesi terhadap mutu, penentu akhir mutu pelanggan internal dan eksternal.
3)   Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM.
4)   Komitmen jangka panjang merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis.
5)   Kerjasama tim (team work) dalam organisasi dikelola secara tradisional.
6)   Perbaikan sestem secara berkesinambungan pada setiap produk atau jasa yang dihasilkan.
7)   Pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental.
8)   Kebebasan yang terkendali dalam TQM.

Beberapa alasan penting menurut Edward Sallis (1993:107) proses perencanaan dan pelaksanaan TQM adalah :
1)     Mutu produksi dan proses pelaksanaannya selalu disesuaikan kaitannya dengan keinginan pelanggan.
2)     Perbaikan mutu yang berkesinambungan dalam jangka panjang yang jelas dan penuh konsisten.
3)     Membutuhkan strategi-strategi yang tepat dan khas untuk tetap mempertahankan dan mengembangkan keunggulan.

Pemimpin transformasional selalu mempunyai tujuan untuk menghasilkan suatu hasil yang baik dengan berprilaku sebagai seorang yang dapat menstimulasi intelektual bawahannya, konsiderasi individul, meberikan motivasi yang menjadi inspirasi dan pengaru idelaisme yang kuat. Makla, peningkatan mutu pendidikan di Lembaga Pendidikan Islam dapat diupayakan melalui profil pemimpin yang demikian.

Tidak ada komentar: